Minggu, 17 Agustus 2025
Pemantik #8
Selamat pagi, Ayah Bunda.
Tidak terasa Ayah Bunda sudah menulis jurnal selama tujuh hari. Apakah ada jurnal yang tertinggal?
Silakan Ayah Bunda melengkapi apabila ada jurnal yang tertinggal.
Perjalanan Menulis Jurnal
Day(s)
:
Hour(s)
:
Minute(s)
:
Second(s)
Mungkin saya bisa dibilang telat ketika baru mengenal istilah journaling ketika bergabung di Tetum Bunaya, 5 tahun yang lalu. Baru mengenal istilah tersebut secara dalam, walau sebenarnya kegiatan tersebut seringkali saya lakukan (namun dengan istilah yang berbeda).
Saat SD dan menginjak pra-remaja, saya sering menulis di buku diary. Hal se-random apapun bisa saya tuangkan dalam kalimat di buku diary. Sepertinya itu merupakan masa-masa menulis tanpa beban, karena belum mengenal beban hidup hehe. Kegiatan menulis buku diary saya lakukan sampai pertengahan masa SMA, sebelum akhirnya saya disibukkan dengan menulis catatan materi belajar untuk persiapan menuju jenjang kuliah.
Saat masa kuliah tiba, saya menemukan buku diary yang saya tulis saat SD. Saya membaca kembali tulisan-tulisan itu, sampai rasanya hati saya penuh rasa syukur saat itu. Betapa bahagianya masa kecil saya, betapa penuhnya kasih sayang dari orang tua saya, betapa puasnya saya bermain dan explore diri saat itu. Sejak kejadian “penemuan harta karun” itu, saya kembali menulis. Kebetulan, aktif di Blog sedang menjadi trend anak muda saat itu.
Selepas kuliah dan bergabung di Tetum, saya mengenal kegiatan jurnal. Rasanya lebih nikmat, karena tahu kegiatan menulis ini akan menjadi lebih bermanfaat (setidaknya saat itu untuk penilaian kinerja saya sebagai karyawan baru). Walaupun dijadikan sebagai salah satu sarana penilaian, tidak berarti saya hanya menuliskan hal-hal baik saja. Asam dan pahit pengalaman saya sebagai guru baru, saya tuangkan ke dalam jurnal tersebut.
Menulis dengan hati, kenali diri.
Menulis tanpa ragu, hilangkan sendu.
Menulis untuk keluarga, membawa bahagia.
Semangat menulis Ayah/Bunda!